Total Tayangan Halaman

Selasa, 18 Oktober 2011

Bong Dal Hee Episode 2

Dal Hee duduk termenung sambil meratapi kesalahannya. Terbayang-bayang juga saat keluarga pasien memarahinya habis-habisan karena memnbiarkan pasien pergi begitu saja tanpa penanganan serius (Woei, pak, bu, pasien sendiri kan yang marah-marah minta langsung dikasih obat… L). Dokter Park (Jae Bum) datang untuk menenangkan keluarga korban yang marah-marah pada Dal Hee, dokter Ahn (Jong Geun) sendiri malah berdiri dan membiarkan saja Dal Hee disemprot habis-habisan (hmmmphh… ni orang….).
Di tengah-tengah ratapannya, tiba-tiba ponsel Dal Hee berbunyi mengabarkan sesuatu yang gawat. Ternyata Dong Gun pendarahan hebat sampai tak sadarkan diri. Dal Hee pun langsung panik menuju ruang gawat darurat.
Dal Hee kebingungan kenapa Dong Gun sampai pendarahan. Moon Kyung memarahinya habis-habisan karena Dal Hee bahkan nggak tau kalo orang kena kanker stadium akhir itu nggak boleh makan yang keras-keras (ini malah dikasih ubi rebus gede-gede ckckck…). Gun Wook hanya melihat dari jauh ketika Moon Kyung memarahi Dal Hee. Gun Wook nggak membela Dal Hee karena emang dia salah tapi juga nggak memarahi Dal Hee (karena terbayang-bayang gambar Winnie The Pooh somewhere mungkin ya… J).
Sementara itu teman-teman Dal Hee membicarakannya. Jae Bum bilang kalo Dal Hee hanya kurang beruntung saja (yap betul itu, dapet pasien bawel yang kelihatan hanya sakit maag dan akhirnya mati karena kesalahannya sendiri serta mana ada yang mengira kalau makan ubi bisa bikin pendarahan hebat).
Selanjutnya digelar konferensi kematian. Konferensi ini digelar secara berkala untuk melaporkan kematian pasien yang terjadi di rumah sakit dan tujuannya sebagai pelajaran agar lain waktu para dokter dapat menghindari terjadinya kesalahan serupa. Selain itu juga sebagai diskusi kasus kematian yang terjadi. Tapi kalo menurutku konferensi ini lebih mirip sidang pertanggungjawaban deh, soalnya serem…
Kasus pertama yang disidangkan adalah kasus kematian Lee Chang Ho (pasien Dal Hee yang nggak mau diperiksa dan langsung minta obat aja). Dal Hee pun maju ke depan dan menceritakan kejadian perkaranya. Tapi tiba-tiba dokter Ahn menyela dan bilang bahwa presentasinya membosankan dan nggak fokus pada masalah. Dokter Ahn pun langsung nyemprot Dal Hee dan bilang bahwa dialah yang salah karena membiarkan pasien itu mati.
Dal Hee pun langsung permisi untuk meninggalkan konferensi dan berlari ke kamar kecil. Dia sangat shock. Dal Hee menangis tersedu-sedu dan menyalahkan dirinya sendiri. Dia menganggap dirinya tak berguna karena membuat seseorang mati dan seorang lagi sempat kritis.
Selanjutnya Profesor Lee (kepala bagian bedah) sedang membahas gedung baru di rumah sakit dengan keponakannya, Gun Wook. Dia ingin gedung itu jadi pusat kanker. Sebaliknya, di tempat lain, Profesor Suh (kepala bagian bedah dada), membahas tentang keinginannya agar gedung baru dijadikan pusat penyakit jantung dengan dokter Ahn. Dua orang ini saingan gitu ceritanya…
Terjadi kecelakaan yang menyebabkan tiga pasien berturut-turut dibawa ke UGD. Hyun Bin (senior Dal Hee di bagian bedah dada), membagi tugas para dokter untuk menangani pasien-pasien tersebut. Dal Hee dan Min Woo kebagian pasien ketiga.
Dal Hee agak cemas ketika menangani pasien kecelakaan tersebut. Saat akan memasang intubasi (untuk nafas buatan), dia menjatuhkannya. Tangan Dal Hee juga mendadak gemetar. Akhirnya Min Woo yang melakukan intubasi karena Dal Hee terlihat nggak siap.
Kemudian detak jantung pasien mendadak nggak normal dan Min Woo langsung berupaya menormalkannya kembali. Kejadian itu membuat Dal Hee teringat akan pasien Lee Chang Ho dan sempat membuatnya trauma. Tapi akhirnya Dal Hee bisa menguasai diri dan akhirnya menyelamatkan si pasien.
Jo A Ra menemui Gun Wook dan minta ijin agar dapat ikut operasi yang dilakukan Gun Wook. A Ra memamerkan kemampuannya dan membuat Gun Wook kagum dan akhirnya diijinkan ikut operasinya. Gun Wook tanya siapa namanya. “Jo A Ra”. Lalu Gun Wook berkata, “Namamu bagus, tapi kenapa nama keluargamu harus ‘Jo’…”. A Ra cuma bengong karena ga paham. (Hehehe… mantan istri Gun Wook kan ‘Jo’ juga…).
Saat hendak masuk ke dalam lift, Gun Wook menghampiri dal Hee. Dia mengatakan bahwa Dal Hee lebih tegar dari dugaannya. Gun Wook membayangkan kalo Dal Hee bakal menangis dan meluapkan kemarahan atau bahkan mencoba bunuh diri (iya bener, Dal Hee ni tahan banting banget ya…). Gun Wook lalu berkata bahwa dokter bedah adalah satu-satunya orang yang bahagia menggunakan pisau pada manusia. Nyawa seseorang ada di tangan dokter, oleh karenanya kita harus menangani pasien dengan 100% sempurna. Gun Wook juga minta Dal Hee introspeksi diri terhadap kesalahan-kesalahannya. Dal Hee pun mendengarkannya dengan serius sampai… lift terbuka dan Gun Wook keluar lalu berkata, “Apa kau mengenakan celana Winnie The Pooh hari ini?”. “Apa?”, Dal Hee kaget. “Kalau saja kau mengatakan berapa ukuranmu, aku akan membelikanmu satu set sebagai hadiah penyemangat”, Gun Wook tersenyum menggoda dan Dal Hee pun langsung merasa malu abis.
Dal Hee menangani pasien-pasiennya dan seorang pasien harus dipasangi C-line. Karena baru pertama kali, Dal Hee nggak melakukannya dengan mulus. Dia ragu-ragu saat menusukkan jarum ke dada pasien. Jarumnya ditusuk kemudian ditarik, ditusuk lagi lalu ditarik lagi (sereeem…). Dokter Ahn yang melihatnya langsung menyuruh Dal Hee minggir dan mengambil alih pasien (ga sopan…). Lalu hasil check up pasien yang kejang-kejang keluar dan Dal Hee membacanya. Rupanya itu kejang yang normal dan meminta para suster hanya menunggu saja. Kemudian dokter Ahn datang lagi (ni orang ngintilin Dal Hee melulu yak…). Dal hee harap-harap cemas karena kejang pasien nggak reda-reda padahal ada dokter Ahn yang memandangnya dengan penuh curiga. Dokter Ahn pun langsung tanya-tanya ama Dal Hee dan kemudian kejang pasien berhenti. Dal Hee selamat dari semprotan dokter Ahn.
Dokter Ahn kemudian pergi dan Dal Hee mengejarnya. Dia mengucapkan salam kepada dokter Ahn dan berjanji akan bekerja lebih giat untuk menebus kesalahannya. Tapi dokter Ahn lagi-lagi ketus dan bilang, “Bukankah aku sudah pernah bilang agar kau nggak jadi dokter”. “Gimana rasanya membunuh orang?”. Dal Hee hanya diam. “Masih mau melakukannya?”. Dal Hee tetap diam. “Kalo nggak, lupakan untuk menjadi dokter”. “Perbedaan antara dokter bedah dan tukang daging hanyalah di atas kertas. Ketika dia menyelamatkan seseorang dengan pisaunya, dia adalah dokter bedah, dan apabila sebaliknya, dia adalah tukang daging. Tapi peluangmu untuk menjadi tukang daging adalah 99,9%. Kau bahkan membunuh orang tanpa pisau”. Dal Hee hanya diam dan matanya berkaca-kaca (ya iyalah… itu kata-kata pedes banget, masih bisa berdiri aja udah hebat).

Dokter Park, Min Woo, dan seorang dokter lagi bersiap untuk tidur karena sangat kelelahan. Tapi ketika dokter Ahn masuk ke kamar untuk beristirahat juga, mereka bertiga malah langsung melompat dari tempat tidur dan berbaris di hadapan dokter Ahn. Dokter Ahn lalu berkata “Apa kalian baru selesai wajib militer?” (habis mereka kayak kedatangan komandan gitu…). Min Woo menjawab “Ya!”, lalu mereka bertiga berhamburan keluar kamar. (Apa iya mereka habis wamil?). Dokter Ahn Cuma terbengong-bengong.
Dokter Jo Moon Kyung pulang ke rumah dan anaknya, Seung Min bertanya kenapa ayahnya nggak pulang-pulang (kayak Bang Toyib aja…). Moon Kyung rupanya bilang kalo ayahnya pergi ke Amerika tapi ketika Seung Min telpon neneknya (ibu Gun Wook), neneknya bilang Gun Wook sudah kembali. Moon Kyung pun ngeles dengan bilang ayahnya masih sibuk. Seung Min pun percaya (ni bocah lucu bangeeet… J).
Moon Kyung pun menemui Gun Wook dan berkata bahwa Seung Min mencari ayahnya, dia tau kalo Gun Wook telah kembali dari Amerika dan mengatakan bahwa ayahnya segera kembali. Gun Wook lalu dengan sinis berkata, “Siapa yang dia cari?”. Moon Kyung pun terdiam dia tak mampu menjawab. (Gun Wook seolah berkata “Ayahnya bukan gue kaleee…”).
Dong Gun telah sadar dan Dal Hee langsung berlari menemuinya. Tapi tetep aja ni bocah nggak mau dioperasi. (Bandel amat yak…). Lalu Dal Hee, Jae Bum, dan A Ra dipandu oleh Gun Wook mengunjungi seorang pasien untuk diperiksa. Pasien ini didiagnosa selulit di pahanya. (Selulit koq serem gitu ya… lebih mirip lebam). Dal Hee yang merasa pernah mendapat pasien serupa menduga si pasien terkena Necrotizing Fasciitis (semacam infeksi pada otot gitu kayaknya… dan itu berbahaya karena bisa menyebabkan kematian juga…). Tapi A Ra menyanggahnya. Gun Wook akhirnya memutuskan untuk menunggu beberapa waktu dulu untuk melakukan pengamatan sebelum diambil tindakan.
Dal Hee penasaran. Dia nggak diem aja menunggu. Dal Hee pergi ke perpustakaan lalu mencari info tentang Necrotizing Fasciitis. Dia curiga pada jumlah sel darah putih pasien yang berjumlah 14.000 (kalo selulit, sel darah putihnya sekitar 12.000). Dia pun menemui Gun Wook di ruang sterilisasi (sebelum masuk ruang operasi). Dia bilang mengenai jumlah sel darah putih pasien yang meningkat. Gun Wook bilang kalo penderita Necrotizing Fasciitis sel darah putihnya biasanya lebih dari 16.000. Dal Hee tetap menganggap peningkatan jumlah sel darah putih itu tetaplah aneh dan ngotot minta dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Gun Wook dengan tegas menolak dan menyuruh Dal Hee pergi. Rupanya dari tadi dokter Ahn mendengarkan pembicaraan mereka.
Dokter Ahn mendatangi pasien yang diperdebatkan oleh Dal Hee dan Gun Wook tadi. Dia langsung melakukan pemeriksaan manual dan langsung memutuskan bahwa pasien menderita Necrotizing Fasciitis (hebat amat ga pake alat...) lalu menyuruh Min Woo menyiapkan ruangan operasi (hoi, pak, emang itu pasien punya situ apa? Lagi-lagi ga sopan). Sementara itu di tempat lain Gun Wook memikirkan kata-kata Dal Hee tentang pasien selulit. Dia mengamati rekam medis pasien lalu kemudian memutuskan untuk melakukan pemeriksaan penuh dan menyuruh Jae Bum menyiapkan ruangan operasi untuknya (telat, bang. Belanda udah jauh…).
Gun Wook kaget karena ternyata dokter Ahn sudah siap mengoperasi pasiennya lalu berlari menuju ruang operasi. Di dalam ruang operasi telah siap Dal Hee dan Min Woo sebagai asisten operasi.
Ketika melihat Dal Hee di dalam ruang operasi, dokter Ahn langsung marah dan tanya kenapa ada Dal Hee di ruangan operasinya. Min Woo membela Dal Hee dan bilang kalo mereka menyiapkan ruang operasi ini bersama-sama. “Siapa yang menyuruhmu mengajaknya?”, ucap dokter Ahn sinis lalu memandang Dal Hee dan berkata, “ Seingatku aku hanya memberikan perintah kepada Min Woo”. “Keluar!”, bentak dokter Ahn. Karena Dal Hee diam saja, dokter Ahn berteriak kembali, “Aku menyuruhmu keluar!!” (padahal kan dokter Ahn tau pasien ini juga dari Dal Hee… arogan amat sih… L).
Dal Hee pun keluar dari ruangan operasi dan dokter Ahn sudah siap mengiris kulit pasien. Belum sempat benar-benar keluar dari ruangan operasi tiba-tiba Gun Wook datang dan membentak dokter Ahn. Dal Hee kaget dan dokter Ahn menoleh pada Gun Wook tapi hanya sejenak lalu kembali menatap kulit pasiennya dan langsung mengiris kulit pasien (ini juga lumayan serem…) tanpa peduli pada Gun Wook. Merasa diabaikan, Gun Wook membentak dokter Ahn lebih keras lagi, “Dokter Ahn!!!).

credit: ophielbercerita.blogspot.com

Bong Dal Hee Episode 1




judul: Surgeon Bong Dal Hee
episode: 18
genre: Medical Drama
cast:
Lee Yo Won as Bong Dal Hee
Lee Bum Soo as Ahn Joong Geun
Oh Yon Ah as Jo Moon Kyung
Kim Min Joon as Lee Geon Wook
other cast:
Choi Yeo Jin as Jo A Ra
Kim In Kwon as Park Jae Bum
Song Jong Ho as Lee Min Woo


Cerita diawali ketika Bong Dal Hee sedang memeriksa seorang pasien (lagi pengobatan masal ke desa gitu…). Ada bapak-bapak yang minta diresepkan obat kuat tapi Dal Hee menasehati bapak itu supaya berolahraga dan berhenti merokok aja. Bapak itu memohon ama Dal Hee, katanya besok ultah istrinya, jadi dia pengen ngasih kado spesial buat istrinya. Dal Hee akhirnya bilang kalo seorang istri pasti akan lebih bahagia kalo suaminya berhenti merokok dan rajin olahraga daripada meminum obat kuat (yap, that’s right! ^.^d). Bapak itu pun akhirnya ga bisa berkata-kata lagi.
Setelah selesai melakukan pengobatan masal, Dal Hee mentraktir teman-temannya makan sebagai acara perpisahan. Dia akan pindah dari desa itu karena suatu alasan. Tiba-tiba ada sesorang yang datang dan berteriak minta tolong pada Dal Hee dan teman-temannya bahwa ada seseorang yang patah kaki. Dal Hee dkk pun langsung buru-buru lari hendak menolong orang itu. Saking buru-burunya, ketika turun tangga Dal Hee nabrak seseorang (yang selanjutnya kusebut Mr. X ya…) sampai stetoskopnya jatuh.
Ketika sampai di tempat korban, Dal Hee langsung menginterogasi si pasien patah tulang. Kakinya jelas patah dan dia tak bisa menangani jadi harus nunggu ambulans datang. Trus Dal Hee nanya bagian mana lagi yang sakit. Si pasien bilang bagian dadanya. Dal Hee langsung menginterogasi apa pasien punya sakit jantung atau diabetes tapi si pasien menggeleng. Di tengah kebingungannya tiba-tiba orang yang tadi ditabrak Dal Hee (Mr. X) datang dan nyelonong aja memeriksa si pasien (pake stetoskop Dal Hee pula, ckckck… ga sopan amat ni orang). Pas Dal Hee ngomel-ngomel ama tu orang, tiba-tiba si pasien patah kaki susah nafas dan membuat Dal Hee panik. Kemudian ambulans pun datang dan mengangkut orang itu ke tempat pendaratan helikopter (profesional banget ya… ga kaya’ di sini…).
Pas helikopternya datang dan siap mengangkut si pasien, Mr. X melihat kondisi pasien yang gawat dan tiba-tiba menyuruh mobil ambulans membawa si pasien ke klinik terdekat. Dal Hee pun menolak dengan alasan klinik terdekat nggak punya peralatan yang memadai untuk pasien ini. Tapi Mr. X malah marah-marah dan bilang bahwa pasien ini terkena cardiac tamponade (semacam pendarahan di dalam rongga dada gitu kayaknya) dan kalo nggak cepet-cepet dikasih pertolongan pertama bakal mati dalam hitungan menit. Dal Hee malah pasang tampang bingung ama istilah cardiac tamponade (walah…), alhasil si pasien langsung dibawa ke klinik terdekat (sayang juga sih helinya udah jauh-jauh datang).
Di tengah jalan, tekanan darah pasien meningkat drastis. Dal Hee panik dan menyuruh supir ambulans mempercepat mobilnya. Sesampainya di klinik terdekat, Dal Hee minta spuit jarum pada suster dan langsung memberikannya pada Mr. X. Spuit jarum pun langsung di’tusukkan’ pada dada pasien. (Agak ngeri juga liatnya, tapi justru adegan ini yang pertama kali membuatku tertarik banget ama ni serial. Adegan-adegan medisnya terlihat nyata. Ni baru permulaan, ntar lebih banyak lagi adegan yang membuat darah berdesir dan jantung berdetak. Lebay.com J)
Setelah dilakukan tindakan pertolongan pertama (ambil darah), tekanan darah pasien kembali normal dan kondisi pasien membaik. Mr. X pun menginstruksikan untuk membawa pasien ke rumah sakit besar karena yang dilakukannya hanyalah pertolongan pertama. Setelah itu Mr. X langsung aja nyelonong pergi (lagi-lagi nggak sopan). Dal Hee pun ngejar Mr. X untuk mengucapkan terima kasih. Mr. X menanggapi ucapan terima kasih Dal Hee dengan ketus. Bahkan dia mengucapkan kalimat yang menurutku paling kejam, “jangan jadi dokter kecuali kau mati kelaparan”. (Weleh-weleh… kayaknya Dal Hee nggak separah itu deh…).
Dal Hee sempet tersinggung juga dengan kalimat Mr. X., tapi dasar Dal Hee orangnya bandel dan tahan banting, kalimat itu nggak membuatnya putus asa. Bahkan ketika Mr. X udah berlalu, dia langsung ingat apa itu cardiac tamponade (Lha… kenapa nggak dari tadi aja…).
Dal Hee pamitan pada ibunya hendak pergi ke London. Dia bilang agar ibunya menjaga kesehatan dan begitu juga sebaliknya. Tapi sebenernya Dal Hee bukan ke London tapi ke rumah sakit Seoul University. Jadi ceritanya si Dal Hee ini dilarang jadi dokter ama ibunya, tapi saking keras kepalanya Dal Hee nekat bohongin ibunya dengan bilang akan ke London padahal dia ke rumah sakit Seoul agar bisa jadi dokter bedah. Mengenai kenapa dilarang jadi dokter ama ibunya, ntar kujelasin belakangan.
Dal Hee menginjakkan kaki di rumah sakit Seoul dengan penuh semangat. Saking semangatnya sampai-sampai dia mengira sedang masuk ke ruangan kosong padahal ada seseorang sedang tidur di dalamnya (sebut aja Mr. Y). Mr. Y yang mendengar suara seseorang masuk langsung terbangun dari tidurnya dan mengamati Dal Hee yang dengan entengnya ganti baju di ruangan itu. Mr. Y bahkan menahan tawa saat melihat bahwa celana kolor Dal Hee bergambar Winnie The Pooh J.
Setelah ganti baju, Dal Hee pun keluar ruangan. Baru beberapa langkah meninggalkan ruangan tersebut, tiba-tiba ada panggilan darurat. Semua dokter pun berlarian menuju tempat gawat darurat (ruang operasi 1) termasuk Mr. Y yang langsung keluar dari ruangan dan membuat Dal Hee kaget dan ekspresinya seolah bertanya: apa orang itu tadi melihatku ganti baju….?
Semua dokter berkumpul di ruang operasi 1. Para dokter tahun pertama berkumpul di sana dengan tujuan melihat jalannya operasi. Rupanya Mr. Y yang akan melakukan operasi. Adegan operasinya juga bagus banget. Warna dan kekentalan darahnya terlihat nyata, trus detail ruangan operasinya juga oke banget. Pokoknya two thumbs up deh buat ni serial!
Operasi berhasil dan semua dokter (terutama yang tahun pertama) langsung memandang kagum kepada Mr. Y, tak terkecuali Dal Hee. Ketika keluar dari ruang operasi pun Mr. Y masih menjadi bahan pembicaraan para dokter tahun pertama yakni Park Jae Bum, Jo A Ra, dan Lee Min Woo. Tapi pembicaraan ketiga orang itu tiba-tiba beralih ke kabar bahwa ada dokter wanita (maksudnya si Dal Hee) yang masuk ke departemen Thoracic Surgical (bedah bagian dada). Min Woo mengiyakan. Jae Bum malah meledek nama Dal Hee menjadi Bongdari yang artinya tas plastik. Mereka nggak sadar kalau dari tadi yang mereka bicarakan ada di belakang mereka. Dal Hee malah dengan pedenya nunjukkin co-cardnya dan seolah berkata: ‘hei… ini aku loh Bong Dal Hee yang kalian bicarakan…’ Min Woo, A Ra, dan terutama Jae Bum langsung kaget (ya iyalah… gosipin orang eh orangnya di sebelah, tengsin abis).
Selanjutnya Jang Ji Hyuk (senior para dokter bedah tahun pertama) dan Kim Hyun Bin (senior dokter tahun pertama bagian bedah dada) ngasih instruksi ama para dokter tahun pertama. Kata-kata yang paling kuingat adalah saat Ji Hyuk bilang, “Apapun yang terjadi, kalian tidak boleh bertindak dengan keputusan sendiri, bertanyalah apapun. Bertanyalah walaupun untuk pergi ke kamar kecil”. (Weleh-weleh…)
Ji Hyuk memberikan intruksi pertamanya pada Dal Hee dan langung didengarkan baik-baik serta dicatat oleh Dal hee. Dal Hee menjalankan semua instruksi Ji Hyuk dan ketika menemui masalah dia langsung menelpon Ji Hyuk untuk menanyakannya. Tapi Ji Hyuk malah marah-marah tiap Dal Hee telpon dan bilang, “Gunakanlah otakmu dulu sebelum menelpon!”. (Yaelah ni orang… Katanya harus menanyakan apapun, sekarang ditanyai malah marah-marah…).
Sampai pada pasien yang Ji Hyuk bilang pada Dal Hee untuk melepas selang pada perutnya. Dal Hee membuka plester pelindung selangnya tapi rupanya selangnya sudah bersih dan dalam keadaan terpotong. Dal Hee sebenarnya curiga, tapi karena Ji Hyuk nggak mengangkat telponnya jadi Dal Hee langsung aja mencabut selang itu. Rupanya selang itu sangat mudah dicabut. Dal Hee bertambah curiga dan akhirnya menemui Ji hyuk di ruang steril sebelum ruang operasi.
Betapa kagetnya Ji Hyuk waktu Dal Hee bilang bahwa selang pasien mudah sekali dicabut. Ji Hyuk kaget karena belum saatnya selang itu dicabut. Dal Hee pun kena semprot (di sebelah Ji Hyuk ada Mr. Y pula). Padahal kan Ji Hyuk sendiri yang nyuruh Dal Hee mencabut selang pasien…
Karena bete, Dal Hee pun menuju ruang rahasia (bukan secret garden loh… J). Dia menelpon ibunya dan bilang seolah dia sudah ada di London. Dal Hee sebenernya agak merasa bersalah juga membohongi ibunya, tapi ya gimana lagi…
Kemudian Ji Hyuk mendatangi Dal Hee di ruang data pasien sambil marah-marah. Jadi si Ji Hyuk ini batal ikut operasi karena ditegur ama Mr. Y. Menurut Mr. Y, Ji Hyuk harusnya bertanggung jawab atas para dokter tahun pertama, jadi dia diusir dari ruang operasi untuk menyelesaikan masalahnya (soal selang pasien itu…). Karenanya Dal Hee jadi dapat tugas menjadi dokter jaga untuk Han Dong Gun, seorang pasien anak-anak yang menderita kanker hati yang udah parah.
Mr. Y datang dan bertanya siapa dokter jaga Dong Gun. Dal Hee langsung menunjukkan diri dan akhirnya pergi bersama Mr. Y menuju kamar Dong Gun. Mr. Y yang ternyata Lee Gun Wook adalah dokter yang akan mengoperasi Dong Gun.
Di perjalanan menuju kamar Dong Gun, Gun Wook menyindir soal kolor Dal Hee yang bergambar Winnie The Pooh. Dal Hee pun langsung kaget karena ternyata orang ini melihatnya saat ganti baju.
Sesampainya di kamar Dong Gun, sudah ada dokter Jo Moon Kyung selaku dokter spesialis anak untuk Dong Gun. Moon Kyung pun memperkenalkan Gun Wook pada ibu Dong Gun bahwa dialah dokter yang akan mengoperasi Dong Gun. (Dong Gun kelihatan cocok banget jadi peran ini. Pucet-pucetnya, tatapan matanya, ekspresinya dapet banget).
Moon Kyung dan Gun Wook bersikap biasa saja seolah nggak ada hubungan apa-apa. Tapi setelah keluar dari kamar Dong Gun, Moon Kyung menyapa pada Gun Wook. Moon Kyung bersikap ramah tapi Gun Wook malah ketus (tampang boleh jutek tapi dipanggil honey masih nengok… hm…). Rupanya mereka ni pernah nikah dan udah bercerai setahun lalu…
Cerita berlanjut pada kedatangan seorang Profesor termuda yang sebelumnya mengajar di kampus tapi kemudian memilih untuk bekerja di rumah sakit. Profesor itu pun memperkenalkan diri di hadapan para dokter. Dia bernama Ahn Jong Geun dan Dal Hee ingat betul siapa orang ini (Mr. X). Dal Hee terkagum-kagum karena tak menyangka bahwa Mr. X adalah seorang profesor. Dal Hee bahkan melambai-lambai pada Dokter Ahn tapi Dokter Ahn nggak melihatnya. (Ya iyalah, sapa elo…).
Kemudian lanjut ke cerita tentang permasalahan yang dialami para dokter tahun pertama. Min Woo dengan pasien berwajah garangnya yang kesal karena Min Woo lelet saat menjahit lukanya. Lalu Jae Bum dengan pasien konstipasi (susah BAB) parah yang suaminya mengira dirinya terkena kanker. Dal Hee juga tak kalah pusing dengan pasiennya yang bawel. Dal Hee meminta pasiennya untuk melakukan sejumlah pemeriksaan untuk memastikan penyakitnya. Tapi si pasien malah marah-marah dan menuduh itu adalah tipu daya yang biasa dilakukan dokter agar memperoleh banyak uang (maksudnya kalo pasien melakukan pemeriksaan macem-macem kan bayarnya jadi lebih gitu…). Si pasien langsung aja minta gastric juice (mungkin maksudnya cairan lambung biar gejala maagnya makin ringan gt...) ama Dal Hee sambil bentak-bentak dan mengancam akan pergi dari situ kalo nggak langsung dikasih obat (ceritanya ni orang tuh pengusaha yang punya banyak klien). Dal Hee pun langsung aja meresepkan methoxamine dan gastric juice. (Masih ga paham kenapa dikasih methoxamine, kan obat hipotensi [tekanan darah rendah]…).
Dal Hee datang mengunjungi Dong Gun. Rupanya Dong Gun ini nggak mau makan. Dal Hee pun menasehati Dong Gun agar makan sehingga dia bisa memiliki cukup energi untuk melawan penyakitnya. Dong Gun pun langsung bilang kalo dia ingin makan sesuatu yakni ubi rebus.
Dal Hee pun langsung membawakan ubi rebus untuk Dong Gun. Tepat saat Dong Gun akan makan ubi rebusnya, ada panggilan darurat. Dal Hee pun meninggalkan Dong Gun dan berpesan agar Dong Gun makan ubi rebus pelan-pelan saja. Tapi dasar udah ngidam banget, Dong Gun pun makan dengan rakus (ckckck… ni bocah…).
Rupanya panggilan darurat itu datang dari UGD dan pasien yang datang adalah pasien Dal Hee yang bawel dan langsung minta obat maag tadi. Pasien itu rupanya tak sadarkan diri setelah pulang dari rumah sakit. Dal Hee kaget dan langsung panik setelah mengetahuinya. Apalagi ketika memasuki ruang UGD yang ternyata si pasien sedang dalam kondisi kritis. Dokter Ahn berusaha melakukan resusitasi (pijat jantung n nafas buatan [selanjutnya kusebut pacu jantung aja ya biar gampang]) pada pasien tapi tak kunjung berhasil. Gun Wook menyuruh Dokter Ahn berhenti memicu jantung si pasien karena sudah 40 menit lebih. Dokter Ahn pun berhenti tapi Dal Hee langsung melanjutkan untuk memicu jantung si pasien. Dal Hee nggak mau si pasien mati (karena tadi dia yang membiarkannya pulang begitu saja setelah dikasih obat maag). Gun Wook menyuruh Dal Hee berhenti, bahkan Dokter Ahn sampai membentak Dal Hee beberapa kali sampai Dal Hee akhirnya berhenti. Dal Hee terlihat sangat shock tapi kemudian menguatkan diri untuk menumumkan waktu kematian, “Pasien Lee Chang Ho, waktu kematian… 9.56 malam...”.

credit: ophielbercerita.blogspot.com