Dal Hee duduk termenung sambil meratapi kesalahannya. Terbayang-bayang juga saat keluarga pasien memarahinya habis-habisan karena memnbiarkan pasien pergi begitu saja tanpa penanganan serius (Woei, pak, bu, pasien sendiri kan yang marah-marah minta langsung dikasih obat… L). Dokter Park (Jae Bum) datang untuk menenangkan keluarga korban yang marah-marah pada Dal Hee, dokter Ahn (Jong Geun) sendiri malah berdiri dan membiarkan saja Dal Hee disemprot habis-habisan (hmmmphh… ni orang….).
Di tengah-tengah ratapannya, tiba-tiba ponsel Dal Hee berbunyi mengabarkan sesuatu yang gawat. Ternyata Dong Gun pendarahan hebat sampai tak sadarkan diri. Dal Hee pun langsung panik menuju ruang gawat darurat.
Dal Hee kebingungan kenapa Dong Gun sampai pendarahan. Moon Kyung memarahinya habis-habisan karena Dal Hee bahkan nggak tau kalo orang kena kanker stadium akhir itu nggak boleh makan yang keras-keras (ini malah dikasih ubi rebus gede-gede ckckck…). Gun Wook hanya melihat dari jauh ketika Moon Kyung memarahi Dal Hee. Gun Wook nggak membela Dal Hee karena emang dia salah tapi juga nggak memarahi Dal Hee (karena terbayang-bayang gambar Winnie The Pooh somewhere mungkin ya… J).
Sementara itu teman-teman Dal Hee membicarakannya. Jae Bum bilang kalo Dal Hee hanya kurang beruntung saja (yap betul itu, dapet pasien bawel yang kelihatan hanya sakit maag dan akhirnya mati karena kesalahannya sendiri serta mana ada yang mengira kalau makan ubi bisa bikin pendarahan hebat).
Selanjutnya digelar konferensi kematian. Konferensi ini digelar secara berkala untuk melaporkan kematian pasien yang terjadi di rumah sakit dan tujuannya sebagai pelajaran agar lain waktu para dokter dapat menghindari terjadinya kesalahan serupa. Selain itu juga sebagai diskusi kasus kematian yang terjadi. Tapi kalo menurutku konferensi ini lebih mirip sidang pertanggungjawaban deh, soalnya serem…
Kasus pertama yang disidangkan adalah kasus kematian Lee Chang Ho (pasien Dal Hee yang nggak mau diperiksa dan langsung minta obat aja). Dal Hee pun maju ke depan dan menceritakan kejadian perkaranya. Tapi tiba-tiba dokter Ahn menyela dan bilang bahwa presentasinya membosankan dan nggak fokus pada masalah. Dokter Ahn pun langsung nyemprot Dal Hee dan bilang bahwa dialah yang salah karena membiarkan pasien itu mati.
Dal Hee pun langsung permisi untuk meninggalkan konferensi dan berlari ke kamar kecil. Dia sangat shock. Dal Hee menangis tersedu-sedu dan menyalahkan dirinya sendiri. Dia menganggap dirinya tak berguna karena membuat seseorang mati dan seorang lagi sempat kritis.
Selanjutnya Profesor Lee (kepala bagian bedah) sedang membahas gedung baru di rumah sakit dengan keponakannya, Gun Wook. Dia ingin gedung itu jadi pusat kanker. Sebaliknya, di tempat lain, Profesor Suh (kepala bagian bedah dada), membahas tentang keinginannya agar gedung baru dijadikan pusat penyakit jantung dengan dokter Ahn. Dua orang ini saingan gitu ceritanya…
Terjadi kecelakaan yang menyebabkan tiga pasien berturut-turut dibawa ke UGD. Hyun Bin (senior Dal Hee di bagian bedah dada), membagi tugas para dokter untuk menangani pasien-pasien tersebut. Dal Hee dan Min Woo kebagian pasien ketiga.
Dal Hee agak cemas ketika menangani pasien kecelakaan tersebut. Saat akan memasang intubasi (untuk nafas buatan), dia menjatuhkannya. Tangan Dal Hee juga mendadak gemetar. Akhirnya Min Woo yang melakukan intubasi karena Dal Hee terlihat nggak siap.
Kemudian detak jantung pasien mendadak nggak normal dan Min Woo langsung berupaya menormalkannya kembali. Kejadian itu membuat Dal Hee teringat akan pasien Lee Chang Ho dan sempat membuatnya trauma. Tapi akhirnya Dal Hee bisa menguasai diri dan akhirnya menyelamatkan si pasien.
Jo A Ra menemui Gun Wook dan minta ijin agar dapat ikut operasi yang dilakukan Gun Wook. A Ra memamerkan kemampuannya dan membuat Gun Wook kagum dan akhirnya diijinkan ikut operasinya. Gun Wook tanya siapa namanya. “Jo A Ra”. Lalu Gun Wook berkata, “Namamu bagus, tapi kenapa nama keluargamu harus ‘Jo’…”. A Ra cuma bengong karena ga paham. (Hehehe… mantan istri Gun Wook kan ‘Jo’ juga…).
Saat hendak masuk ke dalam lift, Gun Wook menghampiri dal Hee. Dia mengatakan bahwa Dal Hee lebih tegar dari dugaannya. Gun Wook membayangkan kalo Dal Hee bakal menangis dan meluapkan kemarahan atau bahkan mencoba bunuh diri (iya bener, Dal Hee ni tahan banting banget ya…). Gun Wook lalu berkata bahwa dokter bedah adalah satu-satunya orang yang bahagia menggunakan pisau pada manusia. Nyawa seseorang ada di tangan dokter, oleh karenanya kita harus menangani pasien dengan 100% sempurna. Gun Wook juga minta Dal Hee introspeksi diri terhadap kesalahan-kesalahannya. Dal Hee pun mendengarkannya dengan serius sampai… lift terbuka dan Gun Wook keluar lalu berkata, “Apa kau mengenakan celana Winnie The Pooh hari ini?”. “Apa?”, Dal Hee kaget. “Kalau saja kau mengatakan berapa ukuranmu, aku akan membelikanmu satu set sebagai hadiah penyemangat”, Gun Wook tersenyum menggoda dan Dal Hee pun langsung merasa malu abis.
Dal Hee menangani pasien-pasiennya dan seorang pasien harus dipasangi C-line. Karena baru pertama kali, Dal Hee nggak melakukannya dengan mulus. Dia ragu-ragu saat menusukkan jarum ke dada pasien. Jarumnya ditusuk kemudian ditarik, ditusuk lagi lalu ditarik lagi (sereeem…). Dokter Ahn yang melihatnya langsung menyuruh Dal Hee minggir dan mengambil alih pasien (ga sopan…). Lalu hasil check up pasien yang kejang-kejang keluar dan Dal Hee membacanya. Rupanya itu kejang yang normal dan meminta para suster hanya menunggu saja. Kemudian dokter Ahn datang lagi (ni orang ngintilin Dal Hee melulu yak…). Dal hee harap-harap cemas karena kejang pasien nggak reda-reda padahal ada dokter Ahn yang memandangnya dengan penuh curiga. Dokter Ahn pun langsung tanya-tanya ama Dal Hee dan kemudian kejang pasien berhenti. Dal Hee selamat dari semprotan dokter Ahn.
Dokter Ahn kemudian pergi dan Dal Hee mengejarnya. Dia mengucapkan salam kepada dokter Ahn dan berjanji akan bekerja lebih giat untuk menebus kesalahannya. Tapi dokter Ahn lagi-lagi ketus dan bilang, “Bukankah aku sudah pernah bilang agar kau nggak jadi dokter”. “Gimana rasanya membunuh orang?”. Dal Hee hanya diam. “Masih mau melakukannya?”. Dal Hee tetap diam. “Kalo nggak, lupakan untuk menjadi dokter”. “Perbedaan antara dokter bedah dan tukang daging hanyalah di atas kertas. Ketika dia menyelamatkan seseorang dengan pisaunya, dia adalah dokter bedah, dan apabila sebaliknya, dia adalah tukang daging. Tapi peluangmu untuk menjadi tukang daging adalah 99,9%. Kau bahkan membunuh orang tanpa pisau”. Dal Hee hanya diam dan matanya berkaca-kaca (ya iyalah… itu kata-kata pedes banget, masih bisa berdiri aja udah hebat).
Dokter Park, Min Woo, dan seorang dokter lagi bersiap untuk tidur karena sangat kelelahan. Tapi ketika dokter Ahn masuk ke kamar untuk beristirahat juga, mereka bertiga malah langsung melompat dari tempat tidur dan berbaris di hadapan dokter Ahn. Dokter Ahn lalu berkata “Apa kalian baru selesai wajib militer?” (habis mereka kayak kedatangan komandan gitu…). Min Woo menjawab “Ya!”, lalu mereka bertiga berhamburan keluar kamar. (Apa iya mereka habis wamil?). Dokter Ahn Cuma terbengong-bengong.
Dokter Jo Moon Kyung pulang ke rumah dan anaknya, Seung Min bertanya kenapa ayahnya nggak pulang-pulang (kayak Bang Toyib aja…). Moon Kyung rupanya bilang kalo ayahnya pergi ke Amerika tapi ketika Seung Min telpon neneknya (ibu Gun Wook), neneknya bilang Gun Wook sudah kembali. Moon Kyung pun ngeles dengan bilang ayahnya masih sibuk. Seung Min pun percaya (ni bocah lucu bangeeet… J).
Moon Kyung pun menemui Gun Wook dan berkata bahwa Seung Min mencari ayahnya, dia tau kalo Gun Wook telah kembali dari Amerika dan mengatakan bahwa ayahnya segera kembali. Gun Wook lalu dengan sinis berkata, “Siapa yang dia cari?”. Moon Kyung pun terdiam dia tak mampu menjawab. (Gun Wook seolah berkata “Ayahnya bukan gue kaleee…”).
Dong Gun telah sadar dan Dal Hee langsung berlari menemuinya. Tapi tetep aja ni bocah nggak mau dioperasi. (Bandel amat yak…). Lalu Dal Hee, Jae Bum, dan A Ra dipandu oleh Gun Wook mengunjungi seorang pasien untuk diperiksa. Pasien ini didiagnosa selulit di pahanya. (Selulit koq serem gitu ya… lebih mirip lebam). Dal Hee yang merasa pernah mendapat pasien serupa menduga si pasien terkena Necrotizing Fasciitis (semacam infeksi pada otot gitu kayaknya… dan itu berbahaya karena bisa menyebabkan kematian juga…). Tapi A Ra menyanggahnya. Gun Wook akhirnya memutuskan untuk menunggu beberapa waktu dulu untuk melakukan pengamatan sebelum diambil tindakan.
Dal Hee penasaran. Dia nggak diem aja menunggu. Dal Hee pergi ke perpustakaan lalu mencari info tentang Necrotizing Fasciitis. Dia curiga pada jumlah sel darah putih pasien yang berjumlah 14.000 (kalo selulit, sel darah putihnya sekitar 12.000). Dia pun menemui Gun Wook di ruang sterilisasi (sebelum masuk ruang operasi). Dia bilang mengenai jumlah sel darah putih pasien yang meningkat. Gun Wook bilang kalo penderita Necrotizing Fasciitis sel darah putihnya biasanya lebih dari 16.000. Dal Hee tetap menganggap peningkatan jumlah sel darah putih itu tetaplah aneh dan ngotot minta dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Gun Wook dengan tegas menolak dan menyuruh Dal Hee pergi. Rupanya dari tadi dokter Ahn mendengarkan pembicaraan mereka.
Dokter Ahn mendatangi pasien yang diperdebatkan oleh Dal Hee dan Gun Wook tadi. Dia langsung melakukan pemeriksaan manual dan langsung memutuskan bahwa pasien menderita Necrotizing Fasciitis (hebat amat ga pake alat...) lalu menyuruh Min Woo menyiapkan ruangan operasi (hoi, pak, emang itu pasien punya situ apa? Lagi-lagi ga sopan). Sementara itu di tempat lain Gun Wook memikirkan kata-kata Dal Hee tentang pasien selulit. Dia mengamati rekam medis pasien lalu kemudian memutuskan untuk melakukan pemeriksaan penuh dan menyuruh Jae Bum menyiapkan ruangan operasi untuknya (telat, bang. Belanda udah jauh…).
Gun Wook kaget karena ternyata dokter Ahn sudah siap mengoperasi pasiennya lalu berlari menuju ruang operasi. Di dalam ruang operasi telah siap Dal Hee dan Min Woo sebagai asisten operasi.
Ketika melihat Dal Hee di dalam ruang operasi, dokter Ahn langsung marah dan tanya kenapa ada Dal Hee di ruangan operasinya. Min Woo membela Dal Hee dan bilang kalo mereka menyiapkan ruang operasi ini bersama-sama. “Siapa yang menyuruhmu mengajaknya?”, ucap dokter Ahn sinis lalu memandang Dal Hee dan berkata, “ Seingatku aku hanya memberikan perintah kepada Min Woo”. “Keluar!”, bentak dokter Ahn. Karena Dal Hee diam saja, dokter Ahn berteriak kembali, “Aku menyuruhmu keluar!!” (padahal kan dokter Ahn tau pasien ini juga dari Dal Hee… arogan amat sih… L).
Dal Hee pun keluar dari ruangan operasi dan dokter Ahn sudah siap mengiris kulit pasien. Belum sempat benar-benar keluar dari ruangan operasi tiba-tiba Gun Wook datang dan membentak dokter Ahn. Dal Hee kaget dan dokter Ahn menoleh pada Gun Wook tapi hanya sejenak lalu kembali menatap kulit pasiennya dan langsung mengiris kulit pasien (ini juga lumayan serem…) tanpa peduli pada Gun Wook. Merasa diabaikan, Gun Wook membentak dokter Ahn lebih keras lagi, “Dokter Ahn!!!).
credit: ophielbercerita.blogspot.com
Di tengah-tengah ratapannya, tiba-tiba ponsel Dal Hee berbunyi mengabarkan sesuatu yang gawat. Ternyata Dong Gun pendarahan hebat sampai tak sadarkan diri. Dal Hee pun langsung panik menuju ruang gawat darurat.
Dal Hee kebingungan kenapa Dong Gun sampai pendarahan. Moon Kyung memarahinya habis-habisan karena Dal Hee bahkan nggak tau kalo orang kena kanker stadium akhir itu nggak boleh makan yang keras-keras (ini malah dikasih ubi rebus gede-gede ckckck…). Gun Wook hanya melihat dari jauh ketika Moon Kyung memarahi Dal Hee. Gun Wook nggak membela Dal Hee karena emang dia salah tapi juga nggak memarahi Dal Hee (karena terbayang-bayang gambar Winnie The Pooh somewhere mungkin ya… J).
Sementara itu teman-teman Dal Hee membicarakannya. Jae Bum bilang kalo Dal Hee hanya kurang beruntung saja (yap betul itu, dapet pasien bawel yang kelihatan hanya sakit maag dan akhirnya mati karena kesalahannya sendiri serta mana ada yang mengira kalau makan ubi bisa bikin pendarahan hebat).
Selanjutnya digelar konferensi kematian. Konferensi ini digelar secara berkala untuk melaporkan kematian pasien yang terjadi di rumah sakit dan tujuannya sebagai pelajaran agar lain waktu para dokter dapat menghindari terjadinya kesalahan serupa. Selain itu juga sebagai diskusi kasus kematian yang terjadi. Tapi kalo menurutku konferensi ini lebih mirip sidang pertanggungjawaban deh, soalnya serem…
Kasus pertama yang disidangkan adalah kasus kematian Lee Chang Ho (pasien Dal Hee yang nggak mau diperiksa dan langsung minta obat aja). Dal Hee pun maju ke depan dan menceritakan kejadian perkaranya. Tapi tiba-tiba dokter Ahn menyela dan bilang bahwa presentasinya membosankan dan nggak fokus pada masalah. Dokter Ahn pun langsung nyemprot Dal Hee dan bilang bahwa dialah yang salah karena membiarkan pasien itu mati.
Dal Hee pun langsung permisi untuk meninggalkan konferensi dan berlari ke kamar kecil. Dia sangat shock. Dal Hee menangis tersedu-sedu dan menyalahkan dirinya sendiri. Dia menganggap dirinya tak berguna karena membuat seseorang mati dan seorang lagi sempat kritis.
Selanjutnya Profesor Lee (kepala bagian bedah) sedang membahas gedung baru di rumah sakit dengan keponakannya, Gun Wook. Dia ingin gedung itu jadi pusat kanker. Sebaliknya, di tempat lain, Profesor Suh (kepala bagian bedah dada), membahas tentang keinginannya agar gedung baru dijadikan pusat penyakit jantung dengan dokter Ahn. Dua orang ini saingan gitu ceritanya…
Terjadi kecelakaan yang menyebabkan tiga pasien berturut-turut dibawa ke UGD. Hyun Bin (senior Dal Hee di bagian bedah dada), membagi tugas para dokter untuk menangani pasien-pasien tersebut. Dal Hee dan Min Woo kebagian pasien ketiga.
Dal Hee agak cemas ketika menangani pasien kecelakaan tersebut. Saat akan memasang intubasi (untuk nafas buatan), dia menjatuhkannya. Tangan Dal Hee juga mendadak gemetar. Akhirnya Min Woo yang melakukan intubasi karena Dal Hee terlihat nggak siap.
Kemudian detak jantung pasien mendadak nggak normal dan Min Woo langsung berupaya menormalkannya kembali. Kejadian itu membuat Dal Hee teringat akan pasien Lee Chang Ho dan sempat membuatnya trauma. Tapi akhirnya Dal Hee bisa menguasai diri dan akhirnya menyelamatkan si pasien.
Jo A Ra menemui Gun Wook dan minta ijin agar dapat ikut operasi yang dilakukan Gun Wook. A Ra memamerkan kemampuannya dan membuat Gun Wook kagum dan akhirnya diijinkan ikut operasinya. Gun Wook tanya siapa namanya. “Jo A Ra”. Lalu Gun Wook berkata, “Namamu bagus, tapi kenapa nama keluargamu harus ‘Jo’…”. A Ra cuma bengong karena ga paham. (Hehehe… mantan istri Gun Wook kan ‘Jo’ juga…).
Saat hendak masuk ke dalam lift, Gun Wook menghampiri dal Hee. Dia mengatakan bahwa Dal Hee lebih tegar dari dugaannya. Gun Wook membayangkan kalo Dal Hee bakal menangis dan meluapkan kemarahan atau bahkan mencoba bunuh diri (iya bener, Dal Hee ni tahan banting banget ya…). Gun Wook lalu berkata bahwa dokter bedah adalah satu-satunya orang yang bahagia menggunakan pisau pada manusia. Nyawa seseorang ada di tangan dokter, oleh karenanya kita harus menangani pasien dengan 100% sempurna. Gun Wook juga minta Dal Hee introspeksi diri terhadap kesalahan-kesalahannya. Dal Hee pun mendengarkannya dengan serius sampai… lift terbuka dan Gun Wook keluar lalu berkata, “Apa kau mengenakan celana Winnie The Pooh hari ini?”. “Apa?”, Dal Hee kaget. “Kalau saja kau mengatakan berapa ukuranmu, aku akan membelikanmu satu set sebagai hadiah penyemangat”, Gun Wook tersenyum menggoda dan Dal Hee pun langsung merasa malu abis.
Dal Hee menangani pasien-pasiennya dan seorang pasien harus dipasangi C-line. Karena baru pertama kali, Dal Hee nggak melakukannya dengan mulus. Dia ragu-ragu saat menusukkan jarum ke dada pasien. Jarumnya ditusuk kemudian ditarik, ditusuk lagi lalu ditarik lagi (sereeem…). Dokter Ahn yang melihatnya langsung menyuruh Dal Hee minggir dan mengambil alih pasien (ga sopan…). Lalu hasil check up pasien yang kejang-kejang keluar dan Dal Hee membacanya. Rupanya itu kejang yang normal dan meminta para suster hanya menunggu saja. Kemudian dokter Ahn datang lagi (ni orang ngintilin Dal Hee melulu yak…). Dal hee harap-harap cemas karena kejang pasien nggak reda-reda padahal ada dokter Ahn yang memandangnya dengan penuh curiga. Dokter Ahn pun langsung tanya-tanya ama Dal Hee dan kemudian kejang pasien berhenti. Dal Hee selamat dari semprotan dokter Ahn.
Dokter Ahn kemudian pergi dan Dal Hee mengejarnya. Dia mengucapkan salam kepada dokter Ahn dan berjanji akan bekerja lebih giat untuk menebus kesalahannya. Tapi dokter Ahn lagi-lagi ketus dan bilang, “Bukankah aku sudah pernah bilang agar kau nggak jadi dokter”. “Gimana rasanya membunuh orang?”. Dal Hee hanya diam. “Masih mau melakukannya?”. Dal Hee tetap diam. “Kalo nggak, lupakan untuk menjadi dokter”. “Perbedaan antara dokter bedah dan tukang daging hanyalah di atas kertas. Ketika dia menyelamatkan seseorang dengan pisaunya, dia adalah dokter bedah, dan apabila sebaliknya, dia adalah tukang daging. Tapi peluangmu untuk menjadi tukang daging adalah 99,9%. Kau bahkan membunuh orang tanpa pisau”. Dal Hee hanya diam dan matanya berkaca-kaca (ya iyalah… itu kata-kata pedes banget, masih bisa berdiri aja udah hebat).
Dokter Park, Min Woo, dan seorang dokter lagi bersiap untuk tidur karena sangat kelelahan. Tapi ketika dokter Ahn masuk ke kamar untuk beristirahat juga, mereka bertiga malah langsung melompat dari tempat tidur dan berbaris di hadapan dokter Ahn. Dokter Ahn lalu berkata “Apa kalian baru selesai wajib militer?” (habis mereka kayak kedatangan komandan gitu…). Min Woo menjawab “Ya!”, lalu mereka bertiga berhamburan keluar kamar. (Apa iya mereka habis wamil?). Dokter Ahn Cuma terbengong-bengong.
Dokter Jo Moon Kyung pulang ke rumah dan anaknya, Seung Min bertanya kenapa ayahnya nggak pulang-pulang (kayak Bang Toyib aja…). Moon Kyung rupanya bilang kalo ayahnya pergi ke Amerika tapi ketika Seung Min telpon neneknya (ibu Gun Wook), neneknya bilang Gun Wook sudah kembali. Moon Kyung pun ngeles dengan bilang ayahnya masih sibuk. Seung Min pun percaya (ni bocah lucu bangeeet… J).
Moon Kyung pun menemui Gun Wook dan berkata bahwa Seung Min mencari ayahnya, dia tau kalo Gun Wook telah kembali dari Amerika dan mengatakan bahwa ayahnya segera kembali. Gun Wook lalu dengan sinis berkata, “Siapa yang dia cari?”. Moon Kyung pun terdiam dia tak mampu menjawab. (Gun Wook seolah berkata “Ayahnya bukan gue kaleee…”).
Dong Gun telah sadar dan Dal Hee langsung berlari menemuinya. Tapi tetep aja ni bocah nggak mau dioperasi. (Bandel amat yak…). Lalu Dal Hee, Jae Bum, dan A Ra dipandu oleh Gun Wook mengunjungi seorang pasien untuk diperiksa. Pasien ini didiagnosa selulit di pahanya. (Selulit koq serem gitu ya… lebih mirip lebam). Dal Hee yang merasa pernah mendapat pasien serupa menduga si pasien terkena Necrotizing Fasciitis (semacam infeksi pada otot gitu kayaknya… dan itu berbahaya karena bisa menyebabkan kematian juga…). Tapi A Ra menyanggahnya. Gun Wook akhirnya memutuskan untuk menunggu beberapa waktu dulu untuk melakukan pengamatan sebelum diambil tindakan.
Dal Hee penasaran. Dia nggak diem aja menunggu. Dal Hee pergi ke perpustakaan lalu mencari info tentang Necrotizing Fasciitis. Dia curiga pada jumlah sel darah putih pasien yang berjumlah 14.000 (kalo selulit, sel darah putihnya sekitar 12.000). Dia pun menemui Gun Wook di ruang sterilisasi (sebelum masuk ruang operasi). Dia bilang mengenai jumlah sel darah putih pasien yang meningkat. Gun Wook bilang kalo penderita Necrotizing Fasciitis sel darah putihnya biasanya lebih dari 16.000. Dal Hee tetap menganggap peningkatan jumlah sel darah putih itu tetaplah aneh dan ngotot minta dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Gun Wook dengan tegas menolak dan menyuruh Dal Hee pergi. Rupanya dari tadi dokter Ahn mendengarkan pembicaraan mereka.
Dokter Ahn mendatangi pasien yang diperdebatkan oleh Dal Hee dan Gun Wook tadi. Dia langsung melakukan pemeriksaan manual dan langsung memutuskan bahwa pasien menderita Necrotizing Fasciitis (hebat amat ga pake alat...) lalu menyuruh Min Woo menyiapkan ruangan operasi (hoi, pak, emang itu pasien punya situ apa? Lagi-lagi ga sopan). Sementara itu di tempat lain Gun Wook memikirkan kata-kata Dal Hee tentang pasien selulit. Dia mengamati rekam medis pasien lalu kemudian memutuskan untuk melakukan pemeriksaan penuh dan menyuruh Jae Bum menyiapkan ruangan operasi untuknya (telat, bang. Belanda udah jauh…).
Gun Wook kaget karena ternyata dokter Ahn sudah siap mengoperasi pasiennya lalu berlari menuju ruang operasi. Di dalam ruang operasi telah siap Dal Hee dan Min Woo sebagai asisten operasi.
Ketika melihat Dal Hee di dalam ruang operasi, dokter Ahn langsung marah dan tanya kenapa ada Dal Hee di ruangan operasinya. Min Woo membela Dal Hee dan bilang kalo mereka menyiapkan ruang operasi ini bersama-sama. “Siapa yang menyuruhmu mengajaknya?”, ucap dokter Ahn sinis lalu memandang Dal Hee dan berkata, “ Seingatku aku hanya memberikan perintah kepada Min Woo”. “Keluar!”, bentak dokter Ahn. Karena Dal Hee diam saja, dokter Ahn berteriak kembali, “Aku menyuruhmu keluar!!” (padahal kan dokter Ahn tau pasien ini juga dari Dal Hee… arogan amat sih… L).
Dal Hee pun keluar dari ruangan operasi dan dokter Ahn sudah siap mengiris kulit pasien. Belum sempat benar-benar keluar dari ruangan operasi tiba-tiba Gun Wook datang dan membentak dokter Ahn. Dal Hee kaget dan dokter Ahn menoleh pada Gun Wook tapi hanya sejenak lalu kembali menatap kulit pasiennya dan langsung mengiris kulit pasien (ini juga lumayan serem…) tanpa peduli pada Gun Wook. Merasa diabaikan, Gun Wook membentak dokter Ahn lebih keras lagi, “Dokter Ahn!!!).
credit: ophielbercerita.blogspot.com